Lagu It Must Have Been Love-nya Roxette yang merupakan soundtrack film Pretty Woman, jadi semacam lagu wajib bagi kaum venusian
(pemuja kecantikan) saat menunggu klien-nya untuk kencan. Julia Roberts
yang berperan sebagai pelacur kelas atas dalam film tersebut setidaknya
mengilhami para kupu-kupu malam di negeri ini, bahwa menjalani hidup
dalam gelapnya malam adalah sebuah legalitas atas kebebasan. Menjalani
aktivitas tersebut adalah jalan pintas dari sebuah kebuntuan ketika
berhadapan dengan kemiskinan. So, dengan alasan untuk menyambung hidup, tak sedikit remaja putri yang nyemplung abis dalam glamour kehidupan malam.
Di
Bekasi saja, sebagai salah satu kota penyangga DKI Jakarta, banyak
ditemukan remaja-remaja putri yang berprofesi sebagai wanita penghibur
(dari pemandu lagu dalam musik kosong alias karaoke sampai pelacur),
baik di Bar maupun hotel yang menyediakan fasilitas hiburan tersebut.
Tawaran
kehidupan dunia ditambah faktor ingin mendapatkan uang dengan cara
mudah, menje-rumuskan para remaja putri dalam dunia yang seakan
menafikan moral dan keimanan. Seperti diungkapkan Susi yang malam itu
mengenakan busana sackdress warna merah menyala dengan belahan samping hingga ke pangkal paha, sedangkan bagian atas agak rendah dan terbuka (Pikiran Rakyat, 15 Pebruari 2000).
Sudah
parahkah pergaulan remaja putri kita? Setidaknya, kasus yang menimpa
remaja putri bernama Susi tadi mewakili ‘Susi-Susi’ yang lain.
Mengerikan sekaligus menyedihkan!
Berani Tampil Beda
Berbekal rokok putih, minyak wangi, alat rias serta dandanan seksi, yang bikin adrenalin kaum Adam naik ke ubun-ubun adalah ‘aksesoris’ yang biasa dikenakan para kupu-kupu malam. So, memang sengaja tampil hot.
Malah,
ada pengalaman yang bakal bikin kita nggak habis pikir. Dalam sebuah
wawancara di salah satu stasiun radio swasta di Jakarta beberapa bulan
yang lalu, seorang narasumber—yang kebetulan juga berprofesi wartawan—dalam
acara tersebut ia mengisahkan bahwa di Yogyakarta, ditemukan seorang
ABG yang biasa mangkal di sekitar Malioboro sebagai kupu-kupu malam.
Jangan salah, kalo siang gadis itu rajin juga sekolahnya, malah sholat
dan puasa. Ironisnya, ketika diajukan pertanyaan kepadanya tentang sisi
kehidupannya yang kontras itu, ia menjawab;“Kalo sholat dan puasa adalah perintah dalam agama saya, sedangkan jadi kupu-kupu malam adalah profesi saya!” Gilee beneeer!
Saudara-saudara,
memang menyedihkan kenya-taan ini. Manusia pada dasarnya memang
memiliki sisi gelap dan sisi terang dalam hidupnya. Tapi bukan berarti
harus sevulgar yang dilakukan ABG putri yang biasa mangkal di kota gudeg
itu. Ia menjalaninya sekaligus. Gelap dan terang.
Ini
merupakan tamparan buat kita. Betapa rusaknya akhlak teman-teman kita.
Memang berani tampil beda. Tapi beraninya dalam kesalahan. Henry Brooks
Adams ketika berkomentar tentang moral, ia mengatakan, “Moralitas adalah kemewahan pribadi yang sangat mahal.” Tapi
celakanya, saat ini justru moral adalah barang dagangan yang sangat
murah. Buktinya? Ya, teman-teman ABG putri yang menjualnya dengan murah,
bahkan mungkin gratis!
Usia
muda tak membuat sebagian teman-teman ABG putri grogi untuk tampil beda
sebagai kupu-kupu malam. Jangan kaget, ABG-ABG yang berkeliaran di kota
Bekasi banyak yang masih bau kencur. Berapa umurnya? 16 tahun!
Nah, untuk mengelabui usia, Santi—sebut saja begitu namanya—yang
mengaku kegadisannya direnggut sang pacar tiga bulan silam, mengenakan
sepatu dengan hak super tinggi sekitar 12 cm. Ia bersama belasan
rekannya berada di tempat karaoke berupa ruko berlantai III, beberapa di
antaranya baru berusia 17 tahun. Mereka terkadang menginap di sebuah
ruangan yang berada di lantai paling atas. Ruangan tersebut selain untuk
menyimpan berbagai “perlengkapan kerja”, juga digunakan sebagai tempat
ganti pakaian atau menunggu tamu yang akan membooking jasa mereka (Pikiran Rakyat, 15 Pebruari 2000).
Ini
baru kasus di negerinya Wiro Sableng, belum lagi kalo kita mau capek
sedikit nengok kehidupan di negeri gajah putih, Thailand. Sebuah
penelitian yang dilakukan Universitas Chulalongkorn, Thailand pada April
1997 mengumumkan, praktek-praktek ilegal, termasuk pelacuran anak-anak
makin berkembang di Asia, termasuk di Thailand. Di negara gajah ini
jumlah pelacur anak-anak tercatat 800.000 anak. Wuih, syerem, brur!
Ya,
ini adalah masalah kita semua. Tentu saja masalah yang bukan hanya
untuk dijadikan bahan berita semata. Atau cuma publikasi yang tak ada
tindakan konkrit untuk mencegahnya. Kamu tentunya nggak bakalan nyangka
bila ternyata perkembangan seputar kupu-kupu malam para ABG di negeri
ini heboh juga. Mengerikan, ya?
Alasan Klise
Parahnya,
aktivitas liar para kupu-kupu malam itu sering berlindung di balik
kedok kemiskinan. Artinya, mereka terjun ke dunia maksiat itu karena
alasan ekonomi. Padahal pada banyak kasus ditemukan, bahwa kaum venusian (pemuja kecantikan) ini berasal dari kalangan berduit atau keluarga kaya. Alasan mereka just fun alias
cuma untuk hiburan dan kesenangan semata. Asal bisa dibeliin baju baru,
jalan-jalan atau sekadar makan di retoran. Celakanya, justru yang
begini yang jumlahnya memang lebih banyak. Wah, berarti rusak banget ya, masyarakat ini?
Pengen
bukti? Di Bandung, umumnya para ABG yang jadi kupu-kupu malam ogah
disebut pelacur. “Kan kita nggak dibayar dan kalaupun saya mau ngelakuin
begituan, kan bukan karena bayarannya tetapi karena saya suka,” jelas
Yuni yang mengungkapkan dirinya dan umumnya teman-teman nongkrongnya,
berasal dari keluarga yang kurang harmonis (Media Indonesia dalam Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (19), 23 Agustus 1999).
Masih dalam laporan yang diungkap Media Indonesia di
atas. Nola, sebut saja begitu. Mojang Priangan ini memang tak memasang
tarif untuk kencan, bahkan bisa gratis. “Yang penting mau nraktir di
restoran yang kelasnya oke, terus mau beliin baju dan yang pasti punya
mobil yang asyik buat jalan-jalan,” kata Nola yang ceplas-ceplos ini.
Bagaimana brur, parah banget kan?
Jadi
sebetulnya, bisa dikatakan sedikit yang menjalani profesi sebagai
kupu-kupu malam karena kepepet untuk nyambung hidup. Meski tentu saja,
sedikit atau banyak, tetap adalah persoalan yang harus segera
dibereskan. Baik alasan itu klise atau memang murni karena kepepet,
tetap ini adalah kondisi amburadul produk peradaban kapitalisme yang
memang memuja kebebasan individu. Gawat, Non, bener-bener gawat!
Yang
jadi persoalan sekarang, apakah ini akan dibiarkan saja sampai korban
yang terjerumus ke dunia hitam ini membengkak jumlahnya? Sungguh suatu
ironi di negeri yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya timur harus
tenggelam dalam kemaksiatan yang tentu saja merendahkan moral.
Zina itu Haram
Jangan
salah menilai, mentang-mentang yang melakukan pelacuran itu banyak,
lalu kamu berfikir bahwa aktivitas tersebut adalah legal, baik secara
moral maupun hukum. Tempat-tempat lokalisasi seperti Kramat Tunggak,
Saritem, atau Dolly sudah kesohor sebagai tempat bisnis seks yang besar.
Meski banyak yang melakukan pelacuran dan tempatnya mendapat restu dari
Pemda, tapi bukan berarti itu legal menurut hukum syara’. Tahu kan
hukum syara’? Bahasa sederhananya hukum Islam. Artinya dalam pandangan
Islam jelas bahwa aktivitas tersebut sangat “dikutuk”. Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesung-guhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Israa’ : 32). Ungkapan
dalam Al Quran bahwa zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang
buruk, merupakan peringatan dan penjelasan bahwa perbuatan tersebut
adalah haram.
Brur,
kita semua yakin bahwa kalau seluruh manusia ini taat kepada Allah dan
tunduk kepada aturan yang dibuat-Nya, pasti segalanya aman. Nggak
seperti sekarang, saat kita mendewakan ide kebebasan. HAM yang
digembar-gemborkan Amerika, berhasil menipu dengan sukses kaum muslimin,
tak terkecuali remaja muslim. HAM telah memberi jaminan atas individu
untuk bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari mulai kebebasan
beraqidah, kebebasan berpendapat, kebebasan bertingkah laku, dan
kebebasan kepemilikan.
Aktivitas
yang dilakukan teman-teman ABG putri kita itu termasuk wujud dari
pengaruh kebebasan bertingkah laku. Ini jelas akan sangat berbahaya,
Non! Karena cepat atau lambat, kebebasan ini akan mengubur
kita. Faktanya? Kamu bisa lihat sendiri kan, betapa banyak teman-teman
cewek kita yang berprofesi jadi kupu-kupu malam. Nggak peduli apakah
alasannya karena kebutuhan perut atau memang hanya untuk
bersenang-senang. Toh, dua-duanya tetap berdosa.
Tentu
saja, dalam menilai kasus yang terjadi, Islam nggak sembarangan
menjatuhkan vonis. Juga ketika kasus tersebut sudah divonis berdosa, si
pelaku tidak hanya ditakut-takuti dengan siksaan di akhirat yang amat
pedih, tetapi juga dikenakan sanksi yang tegas oleh negara, sebagaimana
firman Allah SWT : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang
berzina, maka cambuklah tiap seorang dari keduanya seratus kali
cambukan, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
akhir; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman” (QS. An Nuur : 2). Nah, hukum cambuk merupakan sanksi bagi para pelaku perzinahan yang masih ABG (lajang).
Dengan
penerapan sanksi tersebut bukan berarti Islam itu kejam, Non! Justru
sebenarnya itulah jawaban dari problem masyarakat yang amburadul seperti
sekarang ini. Of course, karena aturan tanpa sanksi, ibarat ular tanpa bisa.
Islam is Solution
Sebagai way of life, Islam tentu memiliki segudang bahkan bisa
jadi bergudang jawaban atas problematika masyarakat. Kasus pelacuran
seperti aktivitas para kupu-kupu malam, jelas merupakan ancaman bagi
keberlangsungan hidup manusia. Bahkan tak mustahil Allah akan menimpakan
azab kepada kita. Rasulullah saw bersabda : “Apabila telah nampak
perzinahan dan riba di suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah
menghalalkan diri mereka sendiri untuk mendapat-kan azab Allah” (HR. Thabrani dan Al Hakim)
Sebetulnya,
problem maraknya aktivitas para kupu-kupu malam itu berawal dari
kesalahan dalam penyaluran dorongan seksual. Dorongan ini muncul dari
naluri mempertahankan jenis (Gharizah An-Na’u) yang
diciptakan Allah pada diri manusia, juga pada binatang. Naluri ini juga
nampak dalam bentuk dorongan-dorongan yang lain, seperti suami
mencintai istrinya, atau sebaliknya; orang tua mencintai anaknya atau
sebaliknya.
Hanya
saja, dorongan seksual ini tidak mutlak harus dipenuhi, karena tidak
akan mengakibatkan kematian pada manusia. Contohnya? Para Rahib yang
tidak menikah seumur hidupnya dia terbukti tidak mati. Iya kan? Berbeda
halnya dengan kebutuhan jasmani, seperti makan atau minum. Pemenuhannya
bersifat mutlak (harus). Jika manusia tidak makan atau minum dalam
jangka waktu tertentu, maka ia akan mati. Nggak percaya, silahkan coba!
Risiko ditanggung sendiri!
Selain itu, dorongan seksual ini muncul hanya jika ada rangsangan dari luar. Bisa karena melihat gambar porno, berkhayal, dll. So,
jika tidak ada rangsangan dari luar, maka tidak akan bergejolak. Karena
itulah Islam telah memberikan solusi sesuai dengan karakter naluri
manusia, antara lain sbb :
1. Mensunahkan Nikah
Islam tidak melarang seseorang untuk menyalurkan hasrat seksualnya, asalkan dengan penyaluran yang benar. Untuk itulah pernikahan
merupakan solusi yang diberikan Islam. Jika manusia tidak
menyalurkannya dengan cara ini, maka tak ubahnya ia seperti binatang dan
bahkan lebih rendah dari derajat binatang. Nadzubillah!
2. Wajib Menutup Aurat
Untuk
menjauhkan rangsangan sekaligus menja-ga martabat dan kehormatan, maka
Islam telah mewajibkan laki-laki dan wanita untuk menutup aurat, yaitu
dengan mengenakan pakaian yang sesuai aturan Islam.
3. Melarang Segala Aktivitas yang Merusak Akhlaq Masyarakat
Semua
bentuk aktivitas yang dapat merusak akhlaq masyarakat diharamkan dalam
Islam. Saperti pembuatan film atau majalah porno, Iklan yang
mengeksploitasi tubuh wanita, lokalisasi perzinahan, pergaulan bebas,
dll.
Sayangnya,
Islam tidak ditegakkan saat ini, sehingga penyakit masyarakat yang
berkaitan dengan masalah seksualitas ini sulit, dan bahkan takan dapat
diatasi. Oleh karena itu Islam harus diterapkan secara utuh dari sisi
aqidah dan syariat-nya. Jika tidak, masyarakat sendiri yang akan
merasakan dampaknya.
Namun
demikian meski aturan Islam saat ini tidak diterapkan, bukan berarti
segalanya menjadi boleh dan legal. Yang haram tetap saja haram, meskipun
aturan yang ada menghalalkannya. Kalau saat ini para kupu-kupu malam
alias bunga trotoar itu bisa leluasa beroperasi tanpa ada sanksi di
dunia, maka jangan harap ia akan dapat lolos dari sanksi Allah di
akhirat. Dan perlu diingat, bahwa sanksi di akhirat tentu jauh lebih
berat dari sanksi di dunia. Rasulullah saw bersabda : “Di dalam
neraka Jahim nanti, kepada para penghuninya mendapat tuangan air
mendidih, lalu air itu menembus perut dan menghantami setiap yang berada
di dalamnya, hingga menembus kaki. Kemudian hancur dan kembali seperti
semula” (HR. Turmudzi)
Oleh
karena itu, kepada para remaja putri khususnya dan juga yang putra,
janganlah kalian terjerumus dan terperdaya oleh gaya hidup permisivisme (serba
boleh). Bukankan kita makhluk yang paling mulia, yang diberi akal oleh
Allah. Kita bukan binatang. Jadi semestinya manusia bisa diatur, karena
memiliki akal.
Suatu ketika ada seorang pemuda yang keberatan atas adanya larangan zina. Dia lalu menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. “Bagaimana seandainya ibumu atau saudara perempuanmu dizinai orang lain, apakah engkau suka?” Tanya Rasulullah saw. “Tidak!” Jawab pemuda itu. “Begitu pula dengan orang lain” Sejak
mendengar jawaban itu, pemuda tersebut berhenti berzina. Itulah sikap
manusia yang mau berfikir dengan akalnya dan mau menjaga martabatnya
sebagai makhluk yang mulia[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar