Masturbasi adalah stimulasi sendiri genital untuk mencari kenikmatan.
Sebuah fenomena umum dan sering didiskusikan di mana-mana. Pelakunya pun
tidak terbatas pada jenis kelamin, usia maupun latar belakang
sosial-ekonomi.
Memuaskan diri sendiri atau istilah kerennya masturbasi adalah konsumsi
pribadi dan menjadi rahasia yang disimpan pelakunya. Benarkah masturbasi
sepenuhnya aman dan normal? Oleh karena itu, ada baiknya Anda tahu sisi negatif akibat dari frekuensi masturbasi yang terlalu sering.
Dampak Biologis
Secara biologis, masturbasi kronik berdampak pada otak dan zat kimia
tubuh. Mengapa demikian? karena masturbasi dapat memacu produksi hormon
seks dan neurotransmitter. Tentu saja dampak produksi hormon seks yang
berlebihan berbeda-beda pada setiap orang. Secara umum gejalanya
meliputi kelelahan, nyeri pinggul, perubahan penglihatan, nyeri tulang
belakang, nyeri testis, dan kerontokan rambut.
Penelitian menyatakan bahwa peningkatan produksi testosteron berkaitan dengan produksi Dihydrotestosterone (DHT) yang identik dengan pola kerontokan rambut pria. Namun begitu, hasil kajian tersebut masih menjadi perdebatan.
Setidaknya, jika gejala tersebut Anda rasakan, cobalah hentikan
kebiasaan masturbasi selama beberapa bulan. Lihat apakah cara ini bisa
meringankan gejala yang muncul akibat masturbasi berlebihan. Kalau
gejala itu masih terasa, maka konsultasikan ke dokter dan cari bantuan
medis.
Masturbasi kompulsif juga bisa berdampak negatif pada pelakunya.
Masturbasi kompulsif terjadi saat pelaku sudah menyinggung kebiasaannya
pada masalah kejiwaan. Pelaku masturbasi kompulsif memiliki kesulitan
untuk keluar dari kebiasaan masturbasi.
Tak ada angka pasti bagaimanakah seseorang dapat dikategorikan melakukan
masturbasi berlebihan. Gambarannya, seorang pria yang masturbasi enam
kali sehari dan merasa diri lebih baik dan produktif, sedangkan pria
lainnya justru merasakan dampak berbeda.
Masturbasi kompulsif bahkan bisa berdampak buruk pada pekerjaan,
hubungan, harga diri, keuangan, dan dukungan sosialnya. Pelakunya juga
bisa terseret masalah hukum jika ia tidak mampu menemukan keseimbangan
antara bertanggung jawab terhadap hidupnya dan memuaskan kesenangan atau
hasratnya.
Dampak Psikosomatis
Dampak psikologis sebagian pelaku masturbasi biasanya berupa rasa malu
dan berdosa. Budaya, agama, ataupun moralitas adalah batasan seseorang
saat menyinggung urusan seks. Masih terdapat perdebatan antara kepuasan
yang dihasilkan versus apa dampak yang dirasakan pada rasa percaya diri,
harga diri, dan cinta diri.
Dampak psikosomatis juga bisa terjadi jika gejala-gejala fisik muncul
karena faktor-faktor psikis (malu, berdosa, cemas, dan sebagainya) yang
bermanifestasi menjadi rasa sakit kepala, nyeri tulang belakang, nyeri
kronik, dan sebagainya.
(source: okezone.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar