Beberapa waktu yang lalu saya terlibat perbincangan dengan beberapa
orang teman sambil ngopi. Perbincangan sampai pada filosofi hidup.
Filosofi hidup bisa disebut juga dengan prinsip hidup, yaitu prinsip
yang kita pilih dalam menjalani kehidupan.
Seorang teman punya filosofi hidup “time is money”. Seorang
materialis sejati. Orang ini benar-benar sibuk mencari duit. Apa saja
yang bisa dijadikan duit ya di duitin. Baginya, untuk mencapai hidup
yang berkualitas harus punya banyak duit.
Teman yang lain punya filosofi “don’t worry be happy”. Orangnya
memang selalu terlihat gembira, always smile (bukan gila). Dia ingin
menjalani kehidupan dengan bahagia, maka dia selalu berusaha merasa
bahagia dalam berbagai kondisi, kuncinya adalah senantiasa berpikir
positif, katanya. “Positive thinking make positive feeling”.
Teman yang lain punya filosofi “be useful”. Dalam setiap
kesempatan dia ingin bisa berguna bagi orang lain. Orangnya memang
pemurah, baik hati dan tidak sombong (mantu idaman). Dia senang berbagi
ide, pengetahuan, tenaga maupun materi.
Teman yang lain, seorang spiritualis sejati. Filosofinya adalah “faith and devotion to God is the first”.
Baginya kehidupan akhirat jauh lebih penting daripada kehidupan dunia
yang penuh dengan sandiwara. Sehingga kesehariannya dipenuh dengan
ibadah.
Saat ditanya filosofi hidup saya, saya senyam senyum. Saya belum punya
filosofi hidup. Ini terlalu serius bagi saya. Satu persatu mereka
menawarkan filosofi hidupnya untuk saya gunakan. Karena tidak enak
memlih, saya bertanya:
Apakah saya boleh menggunakan filosofi hidup kalian sekaligus? Spontan
mereka menjawab, “boleh”.
Apa perlunya punya filosofi hidup? Mereka sepakat menjawab, “ agar kita
punya standar perilaku yang kita prioritaskan dalam menjalani hidup.
Dengan filosofi hidup kitalah kita akan dikenal. Filosofi hidup kita
adalah “brand” kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar